Hari itu, Megan harus dilarikan ke rumah sakit karena
mengalami kontraksi yang cukup intens. Usia kandungannya masih 8 bulan, masih
muda dan sebenarnya belum tiba waktu untuk melahirkan.
Rasa sakit yang dialaminya membuat suaminya Max harus
bergerak cepat. Dan tanpa diduga, sebuah kabar buruk harus didengar oleh Max.
Dokter menyatakan bahwa kondisi bayi yang dikandung Megan kurang baik.
"Anda harus memilih salah satu di antaranya, Pak. Kami tidak bisa
menyelamatkan keduanya sekaligus kali ini," kata dokter dengan penuh
penyesalan.
Seketika kabar itu menjadi pukulan yang besar bagi Max.
Megan mengalami kasus kehamilan langka yang disebut abrupsi plasenta (pelepasan
plasenta prematur). Sebuah kehamilan di mana plasenta yang seharusnya menjadi
jalan penghubung nutrisi bayi, terlepas dari dinding uterus sebelum janin
dilahirkan. Di sini, bayi dapat kekurangan oksigen dan nutrisi, sehingga detak
jantungnya terlalu cepat. Sedangkan ibunya mengalami pendarahan berat yang
dapat terancam jiwanya. Untuk itulah, dokter meminta agar Max cepat memutuskan,
siapa yang akan diselamatkan. Karena waktu terlalu singkat dan kasusnya cukup
berat, kecil kemungkinannya menyelamatkan keduanya.
Max tahu, waktunya tidak banyak. Ia menghampiri istrinya dan
menceritakan kasus yang sedang dialami mereka. Dengan tegar Megan menjawab,
"selamatkan bayi kita, sayang. Rawatlah ia dengan penuh kasih sayang, aku
rela dan aku sudah siap," ungkapnya sambil meneteskan air mata.
Max keluar dari ruangan Megan, tidak segera menemui dokter.
Kebimbangannya membuatnya melangkahkan kaki mencari sebuah kapel. Di sana ia
berdoa.
Ia tidak tahu jalan mana yang harus ia ambil. Keputusan mana
yang harus dipilihnya. Langkah kakinya hanya menuntunnya untuk berdoa. Di dalam
kapel ia tekun berlutut dan berdoa...
Tuhan, aku tahu
KAU begitu mencintai kami semua. Dan hari ini, aku harus memilih salah satu
dari dua orang yang aku cintai.
Sesungguhnya,
aku tidak tahu harus melakukan apa. Namun aku tetap percaya bahwa dokter akan
melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan orang-orang yang kucintai itu.
Dan apabila
memang ternyata salah satu atau keduanya harus KAU panggil, aku tetap yakin
bahwa KAU mencintai kami.
Aku tidak akan
marah dan tidak akan membenci-MU.
Aku akan tetap
mencintai-MU...
Di dalam kegundahan hatinya yang hancur, Max tidak ingin
menganggap hal ini sebagai hukuman untuknya. Ia tahu bahwa memang hal ini sudah
direncanakan oleh-NYA, dan tentu ada hal baik yang akan datang kemudian.
"Dokter, tolong saya. Saya tak sanggup memilih salah
satu di antaranya. Lakukan yang terbaik saja,"
Dengan segenap timnya, para dokter bergerak cepat. Melakukan
pertolongan pada Megan dan bayinya. Keduanya berada dalam bahaya, dan
kesempatan hidup mereka 50-50. Tak ada yang tahu mana yang bisa diselamatkan
terlebih dahulu. Semuanya hanya berusaha yang terbaik.
Dokter keluar dari ruangan operasi, menemui Max yang masih
tertunduk dan memejamkan mata di bangku panjang. Ia terkejut saat dokter
menepuk bahunya. Pikirannya sudah melayang ke mana-mana, dan berusaha
menabahkan hatinya untuk mendengar kabar terburuk. "Kami sudah berusaha
yang terbaik, pak. Dan kami berhasil menyelamatkan keduanya. Namun mereka tetap
harus berada di bawah perawatan dan pengawasan intens."
Seketika Max mengucapkan sujud syukur atas doanya. Ia tak
berani berharap keduanya akan bisa diselamatkan. Dengan kasus langka yang
membahayakan jiwa, Max hanya berani berharap salah satunya berhasil
diselamatkan.
Seperti
diceritakan oleh Theodore A. Yulo, Jr.
Dan di saat kita tidak tahu pilihan mana yang terbaik untuk
kita, berserah pada-NYA adalah jalan yang terbaik. Beban itu tak harus Anda
panggul sendiri. Saat Anda merasa sudah tak sanggup lagi, IA akan meringankan
beban Anda dan memberikan hal terbaik yang tak pernah berani Anda minta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.